Prof. Intansari Nurjannah Melakukan Penelitian Terapi Sujok Untuk Kesembuhan Sang Ibunda

Meskipun teknologi medis terus berkembang, pengobatan tradisional tetap menjadi pilihan yang relevan untuk berbagai macam penyakit. Salah satunya adalah terapi sujok asli dari Korea Selatan yang menggunakan titik-titik khusus pada tubuh untuk meredakan rasa sakit tanpa perlu mengonsumsi obat-obatan, serta membantu mengurangi gangguan emosi, mental, dan penyakit lainnya.

Pada pidato pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar di Bidang Keperawatan Jiwa dan Komunitas di ruang Balai Senat, Gedung Pusat UGM, hari Rabu (27/9), Prof. Intansari Nurjannah, S.Kp., M.NSc., Ph.D. dari FK-KMK UGM menyampaikan pandangannya tentang hal tersebut.

Dalam pidatonya, Prof. Intan, demikian dia biasa dipanggil, bercerita tentang ketertarikan pada pengobatan tradisional yang didorong oleh keinginan untuk menyembuhkan ibunya.

Saya memulai perjalanan ini karena keinginan untuk membantu ibu saya yang menjalani hemodialisis. Dipengaruhi oleh cinta, saya mengikuti berbagai pelatihan tentang pengobatan tradisional dan akhirnya menemukan terapi Sujok yang sangat efektif.” kata Intan.

Setelah mencoba terapi Sujok, sang ibu mulai merasa kagum dan memuji hasilnya. Kondisi kesehatannya semakin membaik dan terapi ini bahkan beberapa kali memberi reaksi cepat dan efektif, seperti meredakan nyeri tanpa menggunakan obat. Anak itu sangat senang melihat ibunya tidur dengan tenang dan bebas dari rasa sakit yang selalu ia alami sebelumnya. Namun sayangnya, takdir berkata lain dan sang ibu meninggal pada Februari 2022 lalu.

Menurut penjelasan dari Prof. Intan, terapi Sujok adalah sebuah metode pengobatan tradisional asal Korea Selatan yang berasal dari ide seorang filsuf Korea Selatan bernama Park Jae Woo. Terapi ini melibatkan stimulasi titik-titik di tangan dan kaki dengan berbagai teknik seperti pijat, pemakaian biji-bijian, magnet, tusukan jarum (Sujokpuncture), dan penggunaan moxibustion (moksa).

Seperti pengobatan tradisional lainnya, terapi Sujok mengandalkan bahan-bahan alami. Menurut praktisi terapi ini, semua yang dibutuhkan sudah tersedia di sekitar kita. Dengan menggabungkan berbagai metode, hasilnya dapat lebih efektif bagi kesehatan tubuh.

Selain fokus pada terapi fisik, Sujok juga memperhatikan pembagian energi di tubuh manusia. Menurut Prof. Park Jae Woo, ada empat jenis energi dalam tubuh manusia: meridian, chakra, zona sujok ki, dan diamond energy system. Dengan metode ini, masalah yang ada pada berbagai dimensi tubuh manusia dapat disembuhkan, baik itu jasmani maupun rohani.

Menurut literatur yang berbeda, terapi Sujok telah menunjukkan kecepatan dalam merespons tubuh yang mengagumkan. Bahkan ada bukti pada beberapa kasus di mana perbaikan dirasakan hanya dalam hitungan menit saja.” Dijelaskan oleh Intan.

Menurut Intan, Terapi Sujok adalah metode pengobatan yang memiliki sedikit resiko interaksi dengan pengobatan medis lain yang mungkin sudah dilakukan oleh pasien. Oleh karena itu, Intan terus mempelajari dan mengeksplorasi Terapi Sujok dari para ahli dan profesor di seluruh dunia, termasuk Korea Selatan, Australia, India dan negara lainnya. Selain itu, ia juga aktif mempromosikan Terapi Sujok di beberapa puskesmas di Yogyakarta, termasuk Puskesmas Jetis II Bantul yang memiliki terapis bersertifikat Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) terbanyak di Indonesia.

Menurut Intan, FK-KMK UGM dan Puskesmas Jetis II Bantul akan membuka layanan terapi Sujok sebagai tindak lanjut dari sosialisasi sebelumnya. Harapannya, layanan ini dapat diterapkan di semua puskesmas di berbagai daerah.

Dalam pidato pengukuhan Guru Besar terbaru di Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG (K)., Ph.D., menyatakan bahwa Prof. Intansari Nurjannah adalah salah satu dari 460 Guru Besar yang aktif di UGM. Prof. Intansari juga merupakan salah satu dari 66 Guru Besar aktif di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UGM sejak didirikan, yang kini telah memiliki 131 Guru Besar. “Saya ingin mengucapkan selamat kepada Prodi Ilmu Keperawatan karena ini adalah kedua kalinya mereka memiliki seorang Guru Besar di prodi ini. Saya berharap akan ada lebih banyak lagi Guru Besar baru di masa depan,” ujar Rektor dalam acara tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *